pilihan
Sebuah pilihan ketika dihadapkan pada sebuah perasaan yang berujung canggung. Saya lebih menarik diri dibanding harus terus memaksakan yang selalu diakhiri dengan beban perasaan serta pikiran, melihat harga dirimu diinjak-injak. Sebuah alasan terkuat saya untuk tidak ingin untuk masuk pada sebuah lingkaran perasaan yang tidak berkehabisan.
Sebenarnya dari obrolan yang berujung pada wejangan dan harapan mereka terhadap saya patut diakui bahwa mereka peduli, namun saya tidak membenarkan bahwa cara yang mereka gunakan, dengan penyampaian kata yang demikian membuat saya terasa dipandang sebelah mata, seperti terlihat tidak punya pendirian, mudah terpengaruhi, ataupun terasa bukan “golongan” yang sukses beberapa kali membuat saya merasa “tidak layak”. Berandai-andai jika saya sukses masuk kedalam lingkaran tersebut apakah saya akan “mewarisi” cara bagaimana mereka memandang hal yang barangkali saya temui di hari yang akan datang(?), membuat mata rantai lingkungan yang beracun terus berlangsung.
Saya membuat benteng dalam diri, jika saya langgar saya yakin setiap kalimat yang keluar dari mulut akan menjadi sebuah petaka bagi diri saya sendiri. Dan saya sudah malas dengan itu, berilah hamba sebuah ketenangan dari semua hal yang tidak berkesudahan ini, sebuah lingkungan yang nyaman dengan orang-orang yang paham adalah sebuah anugrah. Saya sadari jika kaktus akan kehilangan durinya jika terlalu banyak mendapatkan air, barangkali saya harus berguru pada hal tersebut sebab saya tidak ingin memaksakan tumbuh disuatu tempat dengan mengorbankan jati diri.
Komentar
Posting Komentar