ironi
Setelah hari jadi saya berlalu, keadaan dan situasi rumah mulai terasa tidak nyaman. Alih-alih di beri ucapan selamat, syukur-syukur sampai di doakan yang saya terima malah sikap-sikap menyebalkan yang tentunya siapa yang menghendaki?
Hubungan saya dengan mamah tidak seperti hari yang lalu, sekarang terasa ada sekat tipis yang memisahkan. Dan saya tidak lagi menceritakan segara sesuatu yang saya alami, Beliau hanya mementingkan hal yang dianggap lebih penting tanpa memikirkan perasaan anaknya, besar kecilnya tentulah hati saya sakit, meski tahun depan saya menginjak usia 20 rasanya saya masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Ini adalah kue yang pertama kali saya beli dengan dana dan tenaga saya sendiri dan kehendak yang maha kuasa. Alih-alih senang perasaan dalam hati saya begitu sangat berat dan sesak. Nampaknya saya benar-benar dipaksa matang, dan saya benci itu!
Hal-hal ini mempengaruhi pikiran saya mengenai masalah kasih sayang dan rasa cinta, yah... Banyak momentum yang saya lewatkan hanya demi mengayuh kisah cinta yang dirasa menyenangkan dan tanpa konflik. Nyatanya saya malah merasa kesepian, nampak 'independen', 'mandiri' dan lebih 'dominan' jadi untuk apa? Untuk apa?
Pertanyaan-pertanyaan itu pula yang menggiring opini yang dirasa menyadarkan saya, akan belum matang dan siapnya saya dalam urusan cinta yang klise. Segala perasaan dan opini tadi bergumul dalam dada mendorong bulir air mata membasahi pipi malam ini, pengantar tidur yang ironis untuk seorang remaja menuju peralihan pada dewasa. Terimakasih aku!
Komentar
Posting Komentar