NOT TWICE
Faktanya memang sedang marak kasus asusila yang mencuat di media. Salah satunya kasus pemerkosaan dipesantren yang dilakukan oleh pendirinya terhadap 12 santrinya. Membuat saya kembali membuka lembaran lama.
Lihat motifnya iming-iming pendidikan, saking inginnya mereka sekolah(?), pesantren yang jauh dari kata mengumbar aurat mengundang syahwat bahkan stereotip dekat dengan tuhan masih tidak terlepas dari predator seksual.
Syukurnya semua diproses sesuai hukum. Dapat perlindungan hak asasi dan pemulihan spikologi, lihat rentang usia korbannya juga mengingatkan saya akan diri sendiri.
Apakabar saya?
Tekanan batin merasa ternoda, merasa lalai dalam menjaga diri, merasa kecewa akan keluarga, takut akan laki-laki. Membentuk paranoid, melahirkan remeja perempuan yang tidak menyenangkan yang pernah di cap "Satpol PP".
Apakah masih ada rasa takut? Rasa sakit? Rasa trauma? Jawabannya tidak. Tidak takut, tidak sakit, tidak lagi trauma. Yang saya sayangkan adalah pemberian label Materialis dan tidak tahu balas budi oleh mereka: keluarganya. Padahal mereka tidak melihat bagaimana saya menyembuhkan rasa trauma, yang hanya dengan mengingat atau mendengar namanya disebut juga membuat saya beruai air mata.
Hanya saja menimbulkan pertanyaan,
apakah karena mencuatnya kasus ini membuka pintu hidayah bagi dia? Setelah saya atau bahkan anak perempuan lain sebelum saya? Adakah rasa penyesalan? Rasa takut menulai apa yang dia perbuat? Atau rasa lelah terlihat "tidak ada apa apa" setelah insiden itu?
Pilihan penyelesaian masalah jalur kekeluargaan juga adalah yang terbaik bagi saya, mengingat mawas diri ngaragap angeun jikalau dibawa ke ranah hukum selain di benci keluarganya saya juga memutus tulang punggung keluarganya, merusak kepercayaan anaknya. Melukai hati istrinya lebih dalam.
Masih sempat ya mikir begitu? Kakak saya berkata:
Keadilan dan hukum tuhan adalah hakiki!
Dia tidak tidur tidak juga tuli.
Apa kabar saya?
Nasi sudah menjadi bubur, walau sudah menjadi bubur tentunya masih bisa di makan (kecuali kalau gosong). Hidup hanya pengulangan kan? Saya percaya tidak sendirian, tidak satu-satunya. Jadi, saya titip doa untuk semua korban yang sedang diuji oleh-Nya.
Komentar
Posting Komentar