ngawur
Perihak diksi yang abal-abal, bermodalkan pengalaman pribadi, juga buku A. S Laksana yang beberapa tahun lalu saya baca, bahkan garis besar isinya sudah lupa.
Saya rasa tidak pernah di kembangkan lebih tepatnya secara intens dan signifikan, hanya menuangkan, mengingat dahulu atas dasar terpikat dan terpicu oleh penulis era kini yang bisa wara-wiri terlihat keren di platform sosial media mereka.
Bukan satu tahun atau dua tahun itu kata aa. Kata saya mah uyuhan, karena sempat berhenti menulis juga belum tentu mereka(seusia) bisa. Jikalau lihatnya keatas ya tentu beliau-beliau bukan tandingannya. Sebenarnya saya berkiblat pada diksi siapa?
Komentar
Posting Komentar