ternyata.

Pagi-pagi,  sudah di chat dua teman yang terpilih AN.  Katanya kok bisa saya kepilih? dan pertanyaan yang mereka belum paham, males jawabnya,  saya kasih saja artikel yang lebelnya terpercaya. 

Rabu sebenarnya jadwal padat,  empat pelajaran dengan guru mapel yang lumayan harus "di tatab di usap",  lumayan banyak tugas,  untungnya sebagian besar sudah saya selesaikan.  Jadi tinggal melengkapi tugas yang agak lumayan "ribet". 

Lalu lihat snap temen kelas yang ternyata mereka juga tertekan dengan situasi,  tugas yang banyak manajemen waktu yang berantakan,  dan faktor lingkungan yang (mungkin) tidak stabil. 

Saya kira mereka aman-aman saja,  tidak tertekan akan tugas yang di berikan, saya kira juga mereka banyak relasi juga uluran tangan.  Ternyata sama saja,  syukur setidaknya saya sudah bisa memanajemen waktu dan perasaan, walau masih merintis dan jungkir balik mindset. 

Katanya "tidak mengerjakan tugas di cap "kriminal", mengerjakan tugas belum tentu yang dimaksud guru mapel itu tersampaikan sampai paham.  Jadi apakah kita itu hanya memenuhi syarat untuk formalitas semata?" lalu "jangan sok ngerjain tugas itu capek" padahal memang perlu kecakapan dalam literasi untuk memahami apa yang di maksud guru mapel. 

Mungkin untuk kedepannya,  selain guru harus mengevaluasi sistem pendidikan,  juga harus mengevaluasi juga memahami kondisi sikis peserta didik.  Salah satunya dengan tidak memberi tugas "sahabekna" karena saya merasakan sendiri babak belurnya pikiran juga raga yang marathon tugas di bawah tekanan.  

Komentar

Postingan Populer