Pasrah
Hari ini, lepas subuh tidak langsung mandi seperti biasa, saya lanjutkan saja berbaring lagi, terdengar dengan jelas kata kata yang buat tidak semangat pagi ini. Yasudahlah
Banyak yang ingin saya utarakan pada ayah saya, berbicara dengan baik juga lemah lembut, saya sudah tidak ada energi untuk 'neuktreug'. Namun beliau tidak pernah mau menerima, susah sebenarnya selain hidayah juga kesadaran dari-Nya.
Selalu saya do'akan lepas sholat, berbaik sangka pada-Nya adalah jalan terbaik untuk saat ini, walau letih, walau sakit hati. Mungkin belum waktunya, mungkin juga sujud saya kurang khusyuk? Astagfirullah.
Yang saya takutkan adalah bagaimana jika beliau di panggil oleh-Nya ketika situasi tetap seperti ini? saya tidak ingin, tidak ingin memberatkan di kala hisabnya, tidak ingin juga menanamkan rasa benci dalam hati karena tetap ayah saya.
Dan bahasa itu tidak usah repot-repot 'beli', apa susahnya bertutur kata baik? Setidaknya kata kata kotor itu tidak di ucapkan, walaupun marah cukup pada masa itu saja tidak usahlah di ungkit-ungkit, bagi saya sih begitu, namun ya individu itu unik kadang lebih ke abnormal biarkanlah menjadi urusan dirinya dengan-Nya.
Keinginan cerai mamah juga di pertanyakan kembali, sekarang lebih tidak tahu akan terealisasikan atau tidak. Agaknya pusing itu memang saya buat sendiri, namun menangis juga belum sampai titik jenuh maka mereka enggan turun membasahi pipi. Apalagi ya? Sekarang mah siap-siap nguleg aja sih. Pergelangan tangan sudah sembuh, tangan aa memang manjur.
Komentar
Posting Komentar