titik titik
Kataku "aku takkan pergi, hanya saja ruang dan waktu mendesakku untuk terus bergerak" pembelaan. Satu kali, dua kali, sampai tak terhingga. Rasa gundah, juga penyesalan begitu datang juga pergi, pengulangan. Repetisi seperti sekuel dari seri ke seri. Lalu aku terbaring, mengingat sekelibat angan angan yang menghantui. Ibuku bilang "tersenyum, dapatkan dunia dan juga Akhiratnya!". Lalu aku hanya diam, memikirkan ulang. Setelah itu terang, terlalu terang. Sampai sampai mataku buta, lalu juga gelap, gelap gulita. Aku hanya bisa mendengar deru nafas. Setelah itu aku berlari, di bawah sinar matahari terik sekali. Terasa begitu kecil, sekecil titik. Titik titik, sesekali aku membuka mata. Melihat timpangnya dunia. Ada yang bilang, dunia itu kentang! Aku tanahnya.
Komentar
Posting Komentar